Rabu, 28 Maret 2012

LOVE Chap III {After a long time :/}

Love

Pairing : banyak banget umm... maybe KiHyuk, HaeHyuk, SuHyuk, MinhOnew, JongNew, OnKey, ShiChul, Hanchul dll pokoknya banyak dari mulai yaoi, yuri ampe straight

Rating : gak tau! #author macam apa ini.

Author Note : sumpah saya skak banget, gimana ngelanjutin bagian KiHyuknya, makanya update ‘Love’ ini, saya fokusin ke bagian MinhOnew dan ShiChul. Mianhe buat KiHyuk lovers.

AKHIRNYA SETELAH 2 TAHUN LEWAT, FF INI UPDATE :D #dihajarmasa


Onew POV

“Akan kubalas perlakuanmu nanti setelah Umma pergi, Onew!” bentak Minho, memukul dashboard mobil, aku mengernyit kaget. Ku menundukan wajah, berharap cepat sampai rumah dan aman dalam pelukan Umma.

Perjalanan yang biasanya hanya memakan waktu 20 menit, kini seperti berjam-jam dengan aura hitam Minho hyung. Aku ingin meminta maaf padanya, tapi aku takut Minho hyung semakin marah dan mungkin… mungkin melakukan sesuatu yang akan kusesalkan dikemudian hari.

“Hei..” tenggorokanku tercekat namun aku berusaha untuk membalas.

“Ya, Minho hyung?” aku meliriknya lewat ujung mataku, “Jangan sampai kau menceritakan apa yang terjadi diantara kita.” Ucapnya pelan namun tegas. Aku mengangguk kaku, “Dalam mimpi pun aku takkan berani mengadu pada Umma, Minho hyung” batinku.

Akhirnya kami berdua sampai, seorang pelayan membukakan pintu, dengan sopan menerima kunci kendaraan untuk diparkiran. Seorang pelayan lain, tanpa disuruh segera mengambil barang bawaan yang dibawa Aku dan Minho hyung dan berkata, “Tuan Muda Shiwon dan Tuan Muda Heechul beserta Nyonya sedang berada di Taman Belakang.”. Aku mengangguk, bergumam “Gomawo,” sementara Minho hyung dengan aura cool-nya masuk dengan cuek. Aku buru-buru mengikutinya.

“Ah, ini dia dua putraku yang paling tampan telah hadir.” Aku tersenyum riang, langsung menghambur kepelukan Umma. Minho hyung hanya tersenyum tipis.

“Aduh, kok baru ditinggal sesaat sudah manja sih,” ledek Umma, mengusap rambutku sayang, aku hanya tersenyum, “Sesaat apanya, Umma pergi hampir sebulan tahu!” ucapku manja, mengerucutkan bibir, Umma dan Heechul hyung tertawa melihat tingkahku. “Hyura Umma, kenapa Umma tidak mengatakan Shiwon sebagai putra tertampan juga, kasihan kan dia, disisihkan.” Goda Heechul hyung sembari melirik Shiwon hyung, aku pun ikut melirik dan dalam hati tertawa sinis, Shiwon hyung walau sudah punya Heechul hyung yang baik dan uhuk*cantik*uhuk tetap saja kaku dan cuek.

“Nee, kita sudahi dulu obrolan kita. Sebaiknya kita makan malam terlebih dahulu. Umma yakin, kalian sudah sangat kelaparan.”

Aku mengangguk bersemangat. Dengan tetap menempel ke Umma, aku masuk kedalam rumah.

-.-.-.-.-.-.-.-.-.-

“Appa sedang ada project di Milan, karena itu tidak bisa datang, mungkin minggu depan.” Jelas Umma, ketika aku menanyakan soal Appa yang tidak ada.

“Ah, lama sekali. Padahal aku sudah kangen” ucapku sedikit merajuk

“Tapi mungkin akan lebih lama lagi, soalnya dia menunggu hadiah untuk kalian siap.” Tambah Umma sembari berkedip, aku dan semua yang ada dimeja makan, menghentikan kegiatan.

“Hadiah? Maksudnya?” Tanya Minho hyung, dia terdengar sangat penasaran walau wajahnya masih terpampang wajah cool.

“Nanti kalian juga akan tahu,” ucap Umma berahasia, dengan sikap seorang Lady, dia meminum anggur di gelasnya.

Tanpa aku dan yang lain sadari, Shiwon hyung dan Heechul hyung saling mencuri pandang, air muka mereka tampak takut.

-.-.-.-.-.-.-.-.-.-

Umma sudah ke kamar karena sudah sangat letih, sekarang aku berada di Taman Tengah bersama Kakak-Kakakku dan Heechul hyung.

“Tadi, kami mampir sebentar ke sebuah cafĂ© dan membeli Chocolate Mousse, aku sudah mencobanya, rasanya enak sekali, sayang sekali Hyura Umma sudah tidur. Apakah kalian ada yang mau?” tawar Heechul hyung.

Aku yang masih merasa lapar segera berseru, “Ya!”

Heechul hyung tersenyum padaku lalu masuk kedalam rumah, salah seorang pelayan mengikutinya.

Dan aku segera menyadari, sepeninggal Heechul hyung, suasana langsung menjadi kaku dan awkward. Aku bersandar pada sofa dengan kaku. Terdengar suara dentingan gelas keramik porselen berharga mahal dan bunyi beberapa hewan malam, selebihnya …

Sepi.

Kadang, aku berpikir, kenapa Umma dan Appa mau mengangkatku menjadi anak mereka? Mereka sudah mempunyai dua orang anak yang sangat sempurna yang diimpikan oleh orang tua manapun. Rambut mereka sehitam jelaga lembut, tubuh tinggi atletis dan kulit cokelat terbakar matahari, dipuja para wanita maupun lelaki karena ketampanan, kecerdasan dan karisma mereka. Sedangkan aku? Rambut berwarna honey blond, tubuh kurus, kikuk dan terlalu sering dipuji cute atau adorable boy. Jauh sekali dari image seorang pria sempurna.

Tanpa kusadari, aku menghela napas panjang seperti orang putus asa dan tanpa kusadari, terlihat oleh Shiwon hyung, suara dalam Shiwon hyung sungguh mengagetkanku, “Kau kenapa?”

Sukses membuatku terlompat kaget seperti orang bodoh dan jatuh tersaruk, hampir mengenai meja. Kejadiannya terjadi begitu cepat.

“Tuan Muda Jinki, Anda tidak apa-apa?” seseorang –spertinya pelayan- mencoba membantuku bangkit, namun tubuhku terlalu lemas untuk bangun. Namun, tiba-tiba saja tubuhku seperti terangkat dan pandanganku kembali terang. Aku menyadari dengan cepat kalau sekarang aku sudah digendong ala bridal style oleh Minho hyung.

“Panggil dokter! Dan siapkan kamar Onew!” terdengar suara dalam Shiwon hyung memerintah para pelayan, wajahnya terlihat khawatir.

Dengan langkah cepat aku digendong Minho hyung menuju kamarku, kulihat samar-samar Shiwon hyung dan Heechul hyung mengikuti dari belakang, dan entah kenapa, tiba-tiba saja pandanganku menjadi kabur, dan semuanya gelap.

-.-.-.-.-.-.-.-.-.-

“Kamu tidak apa-apa Onew?” suara khawatir Heechul hyung adalah yang pertama kudengar. Ku kerjap-kerjapkan mataku, berusaha menghilangkan bintik-bintik gelap dalam pandangan karena terlalu lama menutup mata.

Ku mencoba bangun dari pembaringan namun rasa sakit dikepalaku datang kembali begitupun titik-titik hitam yang membuat mataku sayu.

“Jangan bangun dulu, tetaplah beristirahat,” ucap Heechul hyung lembut, mengelus lembut rambutku yang kini acak-acakan.

“Apa yang terjadi?” gumamku, berusaha mengingat kembali apa yang terjadi sebelum aku tak sadarkan diri.

“Entahlah, yang kudengar dari Shiwon, kamu melamun dan tiba-tiba saja menjadi ‘kagetan’ dan nyusruk kebawah, lalu kamu menjadi lemas dan dibopong Minho kekamarmu,” Heechul hyung menjelaskan panjang lebar, aku langsung mengingat apa yang sedang terjadi.

“.. kata Dokter kau kelelahan dan terlalu banyak pikiran, sehingga anemiamu kambuh.” Tambah Heechul hyung, pandangannya berubah tajam namun tetap penuh kekhawatiran, membuatku merasa sangat bersalah.

“Mianhe membuat Hyung khawatir, aku tidak apa-apa kok, Cuma pusing karena banyak tugas sekolah yang menumpuk,” ucapku berbohong.

Heechul hyung menghela napas panjang dan berat membuat rasa bersalahku semakin tebal.

“Tapi kau harusnya tetap menjaga kesehatan Jinki,” Heechul hyung hanya pernah memanggil nama asliku jika dia sedang marah atau …. Kecewa?

“.. Hyung-hyungmu dan aku sepakat tidak akan memberitahu Hyura Umma karena takut menambah beban pikirannya. Apakah itu tidak apa-apa?” aku langsung memberi anggukan mengiyakan karena aku juga berpikiran sama.

“Good. Hm, mau cake? Dokter bilang sebaiknya kamu mengkonsumsi makanan ringan yang manis untuk menambah gula darah,” melihat sepotong Chocolate Mousse ditangan Heechul hyung langsung membuatku kembali lapar.

“Ya, aku mau!” seruku seperti anak kecil yang diberi permen, aku memang sangat menyukai cake. Dengan segera kuambil piring berisi cake yang diberikan Heechul hyung dan menyendoknya, tanpa banyak basa-basi segera kumasukkan kedalam mulut.

“Wah, ini enak sekali!”

Aku tak bisa menahan seruanku, karena rasa cakenya memang enak! Melting in your mouth, kalau kata bahasa gaul zaman sekarang.

“Benarkan enak, ini dari cafenya Donghae lho,” kalimat itu sukses membuat suapanku terhenti.

“Donghae? Sahabatnya Minho hyung?” ucapku ragu, tanpa kusadari, keringat dingin sudah keluar dari tubuhku.

“Iya, kamu tahu kan? Yang waktu itu ikut membantu persiapan pesta ulang tahun Umma.”

Suara Heechul hyung sudah hampir tak terdengar, pandanganku kabur, lalu memori hari ‘itu’ muncul tanpa bisa kucegah.

‘Oh god, kenapa aku baru menyadarinya sekarang?'

Memori menakutkan itu akhirnya kembali ….

Aku tak kuat …

Gelap…

ToBeContinued

LOL

Bagaimana? Meningkatkah dari FF aku yang sebelumnya? Hehe

Komentar please, I really need that :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar